Mengapa Proyek Ambisius Pembangunan Jembatan di Kalimantan Utara Belum Juga Terealisasi dengan Dana Fantastis Rp7,6 Triliun?
Ilustrasi jembatan-12019 /pixabay-
Permulaannya dari Kota Tarakan, lalu terhampar di Pulau Sada, melompat ke Pulau Payau, mencium daratan di Desa Liagu, dan merentangi Kecamatan Sekatak.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa impian sebesar Jembatan Bulan juga menghadirkan tantangan sepadan.
Dana yang diperlukan untuk mewujudkannya sungguh tak sedikit, diprediksi mencapai Rp7,6 Triliun. Namun, angka ini seolah hanya angin lalu jika melihat manfaat jangka panjang yang akan dihasilkan.
Namun, seperti halnya keindahan, tantangan ekologi pun mewarnai perjalanan ini. Hamsi, yang kini memimpin Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Utara.
Tegas menjelaskan bahwa mimpi membangun Jembatan Bulan harus diiringi dengan tanggung jawab besar terhadap ekosistem.
Jembatan yang akan menghubungkan daratan dan mimpi ini harus menari dalam irama alam. Kajian menyeluruh tentang dampak lingkungan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) harus menjadi landasan.
Proyek ini akan menelusuri kawasan-kawasan yang memerlukan perlindungan, termasuk cinta pada kawasan mangrove yang kokoh di Desa Ardimulyo.
Sebuah wacana besar yang masih menanti realisasi, setitik cahaya di ujung jalan. Jembatan Bulan, lebih dari sekadar struktur fisik, ia adalah representasi semangat Kalimantan Utara untuk melampaui batas-batasnya.
Ia adalah tali penghubung antara masa lalu dan masa depan, mengajarkan bahwa dalam meraih mimpi, ekosistem alam dan perkembangan manusia bisa menyatu dalam keindahan yang sama.
***