Kini jadi Kota Santri dan Misteri Leganda Kebo Kicak Inilah Asal Usul 13 Nama Kota di Jawa Timur No 7 Bikin Syok Banget Loh
Seorang Ojol di Tangerang Tewas Tertabrak KRL Saat Asyik Cari Sinyal, Saksi Sebut Sudah Diperingatkan Tapi Nekat?-astama81/pixabay-
4. renggalek
Kabupaten Trenggalek di Jawa Timur ternyata juga berasal dari singkatan. Nama Trenggalek konon berasal dari 'terangin galih'. istilah itu diberikan oleh pemuka agama saat itu Ki Ageng Sinawang.Kemudian istilah 'terangin galih' yang artinya 'terangnya hatimu' itu disingkat menjadi Trenggalek.
5. Madiun
Nama kabupaten di Jawa Timur yang berasal dari singkatan salah satunya adalah Madiun. Kono dahulu kala saat Panembahan Ronggo Jumeno membabat hutan, dirinya melihat banyak hantu berayunan. Kemudian muncul istilah 'medi' yang artinya hantu dan 'ayun-ayun' yang artinya berayunan. Lalu dirinya menamai tempat tersebut sebagai Madiun'.
6. Tuban
Dalam cerita rakyat yang beredar, nama Tuban berasal dari istilah 'watu tiban' yang artinya batu jatuh. Konon dahulu ada burung yang membawa pusaka berbentuk batu milik Raden Patah. Namun pusaka tersebut malah jatuh di sebuah tempat. Masyarakat yang melihatnya kemudian menyebut 'watu tiban' sehingga menjadi nama daerah dan disingkat Tuban.
7. Banyuwangi
Cerita asal usul nama Banyuwangi memang cukup populer di Indonesia. Menurut legenda, nama Banyuwangi berasal dar tragedi kematian Sri Tanjung yang dibunuh suaminya, Sidopekso. Sidopekso menuduh istrinya selingkuh karena hasutan seorang raja. Sri Tanjung yang setia kemudian mengucapkan sumpah, bahwa dirinya tidak selingkuh. Sri Tanjung berujar, kalau sampai darahnya nanti harum berarti dia setia.
Namun jika busuk, berarti benar-benar selingkuh. Sidopekso kemudian membunuh Sri Tanjung dengan keris. Lalu darah dari keris itu dicuci di sungai. Hasilnya aroma air di sungai itu menjadi harum. Lalu muncul istilah 'banyune wangi (airnya harum)' yang kemudian disingkat menjadi Banyuwangi.
8. Batu
Kota paling dingin di Jawa Timur ini namanya berasal dari seorang tokoh agama pengikut Pangeran Diponegoro bernama Abu Ghonaim atau dikenal Kyai Gubug Angin. Saat dirinya menjadi pemimpin di sebuah wilayah di lereng Gunung Panderman, dirinya dikenal sebagai Mbah Wastu. Kebiasaan masyarakat Jawa untuk menyingkat nama itu kemudian memunculkan istilah 'Mbah Tu' hingga menjadi nama daerah 'Batu'.